Agama dalam keberagamaan merupakan anugerah untuk semua makhluk, termasuk kalangan manusia. Sebuah kehidupan yang dijalankan oleh makhluk ciptaan Tuhan, pastilah tidak terlepas dengan agama, karena dengan sebuah agama akan dituntun serta dibimbing jalan mana yang harus diyakini, jalan mana yang harus ditempuh dalam keberagamaan.
Bukankah begitu sahabat DUA? Sebelumnya, pada tau ngga kenapa sih kita harus baca tulisan ini? Tentunya supaya kita bisa menjadi manusia yang memanusiakan dan menjadi pribadi yang terbaik dan sukses. Jadi yuk kita coba ulas sedikit-sedikit tentang agama dalam keberagamaan.
Agama Itu Cinta
Agama mengajarkan manusia berbagai hal tentang jiwa, rasa, dan amalan-amalan terhadap Sang Pencipta atau sesama manusia. Imam Ja’far Shodiq pernah mengatakan:
اَلدِّيْنُ حُبٌّ وَالْحُبُّ دِيْنٌ
Dalam buku “Agama adalah Cinta, Cinta adalah Agama” karya Edi AH Iyubenu
“Agama adalah Cinta, dan Cinta adalah Agama”
Pernyataan tersebut oleh Haidar Bagir; pendiri dari penerbit “Mizan” memaknai bahwa dua kata antara Agama dan Cinta itu mengandung makna:
- Saling mengisi satu sama lain (sublimasi);
- Saling mengidentifikasi satu sama lain;
- Agama adalah pembumian dimensi langit dan Cinta adalah pelangitan dimensi bumi.
Agama adalah fenomena yang melibatkan kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai spiritual yang menjadi landasan hidup bagi banyak individu di seluruh dunia. Namun, terdapat perbedaan antara sekadar yang mengikuti sebuah agama dan yang benar-benar beragama. Bahkan dewasa ini, tidak jarang orang yang ahli dalam agama tapi mereka lupa dengan keberagamaan. Sehingga dalam hal ini agama merupakan sebuah ancaman bagi mereka yang beragama.
Keberagamaan Itu Kemanusiaan
Dalam buku “Konsep Beragama Ala Gusdur” karya Sunaryo Gandi, beliau menyampaikan bahwa setiap pemeluk agama meyakini dengan adanyaTuhan yang menurunkan ajaran-Nya kepada para utusan-Nya, agar menjadi tuntunan dalam menjalankan kehidupan manusia sehari-hari. Dalam rumus lain, berarti pola kehidupan yang dijalankan tersebut merupakan bentuk respon kemanusiaan terhadap ajaran ke-Tuhan-an yang disampaikan melalui para utusan-Nya. Pintasnya sih, Tuhan yang memberikan ajaran (agama) dan manusia yang menjalankan ajaran tersebut.
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Kyai Dr. Muhammadun, M.S.I (hafadzahullah) yang biasa kami sebut “ABI” dalam pengajiannya mengatakan:
Dari sini sudah jelaslah ketika mereka yang ahli dalam agama, seharusnya mampu menceburkan apa yang menjadi kewajibannya ke dalam keberagamaan tersebut. Dalam artian, mereka bisa menjalankan apa yang terkandung dalam agama sebagai wujud bahwa ia telah menjadi umat-Nya.
Agama selalu mengajarkan untuk memahami keberagamaan yang terdapat di dalamnya, yang dengan keberagamaan tersebut semuanya akan memahami arti kemanusiaan. Karena hakekatnya, semua manusia itu saudara. Sebagaimana yang sahabat Ali bin Abi Thalib (karamallahu wajhah) sampaikan kepada salah satu gubernurnya yang di daerah Mesir:
“Manusia itu ada dua jenis: Saudaramu yang sama dalam agama, dan saudaramu yang sama dalam satu penciptaan (kemanusiaan)”
Sahabat Ali bin Abi Thalib r.a
Gimana, sahabat DUA? Sudah mulai mengerti tentang agama dalam keberagamaan? Atau masih bingung dengan yang ada dalam tulisan ini? Jika masih bingung, kita lanjut ya.
Leave a Reply