Antara Sombong dan Tawadhu

Antara sombong dan Tawadhu tidaklah sama Sikap sombong adalah memandang diri berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain.

Orang yang sombong adalah orang yang merasa sempurna dan mengakui sebagai orang yang tawadhu. Orang yang merasa tawadhu sejatinya adalah orang yang sombong.

Menurut Kitab Hikam untuk menghilngkan Antara Sombong dan Tawadhu dengan

1. Mampu menetapkan diri sebagai orang yang lemah secara hakiki.

Untuk menghilangkan takabur ialah orang tidak pernah melihat adanya kedudukan

Dan tidak pernah merasa memiliki nilai pada diri sendiri.

2. Mempersaksikan sifat-sifat Allah.

Siapa saja yang bisa melihat sifat sombongnya Allah yang maha benar maka tidak akan pernah memiliki rasa sombong. Orang yang bisa melihat sifatnya Allah maka orang itu tidak akan menstatuskan diri sebagai orang yang baik.

Dalam Kitab Iqodzul Himam halaman 404-405 dalam menjelaskan Antara Sombong dan Tawadhu

Menurut Imam Junaidi Al Baghdadi beliau berkata “orang yang tidak tawadhu adalah orang yang merasa tawadhu. Dan orang yang tawadhu adalah orang yang tidak merasa tawadhu.”

Syekh Ahmad bin Muhammad pengarang kitab iqodzul Himam Syarah Hikam yang hakiki itu adalah

tawadhu yang muncul dari seseorang yang mampu melihat segala sesuatu (makhlukNya Allah) adalah semua yang berhak untuk dimuliakan.

Sahabat Ali berkata “termasuk orang yang ujub adalah orang yang melihat tali sandalnya lebih baik dari tali sandal temannya dan terancam tidak selamat di akhirat.”

Dalam kitab Irsyadul Ibad untuk menerangkan Antara Sombong dan Tawadhu

Imam Ibnu Katsir telah menyampaikan sebuah riwayat yang artinya “hendaklah kalian semua berhati-hati terhadap sikap sombong, sesungguhnya iblis itu karena kesombongannya dia tidak mau bersujud kepada Adam,

hendaklah kalian mewaspadai sikap ambisi sebab Nabi Adam tertarik memakan buah khuldi karena ambisi.

Sebaiknya kalian hati-hati terhadap Sikap dengki sebab manusia saling membunuh dikarenakan kedengkian ini. Ketahuilah bahwasanya sikap sombong, ambisi dan dengki itu adalah pangkal dari setiap kesalahan.

Dari riwayat di atas kita paham bahwa makhluk yang pertama kali melakukan kesombongan adalah iblis, orang yang pertama kali memiliki sikap ambisi adalah

Adam alaihi salam dan orang yang dengki pertama kali kepada sesamanya sampai membunuh

Adalah putra nabi Adam alaihi salam yakni kisah Khabil dan Habil.

Abu Yazid ditanya oleh seseorang “kapan seseorang dikatakan orang yang tawadhu?”

Maka beliau menjawab “ketika orang itu tidak merasa bahwa dia adalah orang yang memiliki kedudukan dan memiliki kemampuan serta tidak pernah melihat makhluk lain lebih jelek dari pada dirinya.”

Baca juga Amarah dalam islam

Kesimpulan

Sesungguhnya orang yang Tawadhu adalah orang yang tidak merasa bahwa dia adalah orang yang tawadhu. Sebab Dia merasa bahwa dirinya adalah orang yang lemah sehingga tidak pantas dipanggil sebagai orang yang tawadhu.