Ghibah dalam Islam itu apa sih maksudnya? Sebenarnya ghibah itu dosa tidak ya? Aduh gimana nih biar mulut gak suka ghibah?
Dalam kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai “Apa Itu Ghibah Dalam Islam?”
Setiap manusia pasti tidak ingin terjerat ke dalam perbuatan dosa. Akan tetapi, ada perbuatan dosa yang sering kita lakukan tanpa kita sadari yaitu biasa kita kenal dengan ghibah.
Ghibah itu identik dengan perempuan tetapi tidak menutup kemungkinan laki-laki pun terkadang juga tidak bisa menghindari ghibah.
Ketika sedang asik berkumpul/berbincang dengan teman, terkadang kita sulit untuk mengontrol pembicaraan. Dan tanpa kita sadari kita sedang membicarakan seseorang dalam hal keburukan. Astaghfirullah..
Untuk mempelajari lebih jauh apa itu ghibah, yuk kita simak penjelasan di bawah ini!
Pengertian Ghibah
Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi terdapat penjelasan bahwasanya yang disebut ghibah ialah menyebut seseorang dengan sesuatu yang tidak di sukainya.
Baik yang disebut itu ada pada badannya, agamanya, dirinya, dunianya, kejadiannya, akhlaknya, hartanya, atau lainnya.
Namanya tetap ghibah baik yang di sebut dengan lisan atau tulisan, atau yang berbentuk rumus atau berbentuk isyarat dengan mata, tangan, kepala atau lainnya.
Yang pada intinya, kita itu tidak boleh membicarakan orang di belakangnya walaupun itu hal yang benar ataupun salah.
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan Abi Muhammadun (Pengasuh PP. Darul ‘Ulum Ad-Diniyah) bahwasanya :
Membicarakan kejelekan orang walaupun itu benar namanya ghibah. Dan jika yang dibicarakannya hal yang salah maka namanya fitnah.
Dalil Al-Qur’an Tentang Ghibah
Menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya merupakan kewajiban bagi seorang muslim.
Seperti yang kita tahu, dalam Islam itu tidak boleh ghibah. Dalilnya jelas tersebut di dalam Al-Qur’an, di antaranya :
Q.S. Al-Hujurat [49] : 12
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Q.S. Al-Humazah [104] :1
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ
Artinya :
Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,
Q.S. An-Nur [24] :19
اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Dosa Ghibah Lebih Besar Dari Zina?
Dalam kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syaikh Zainuddin Ibn ‘Abdul Aziz bin Zainuddin Al-Malibari terdapat penjelasan.
Bahwasanya Iman Al-Baihaqi, At-Thabrani, Abu Syekh, Abu Abid Dunya menyampaikan riwayat dari sohabat Zubair dan Abu Said.
Beliau berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda : “Hendaklah kalian semua menjauhi ghibah, di karenakan ghibah itu dosanya lebih besar daripada zina.”
Kemudian Nabi ditanya : “Bagaimana bisa demikian, wahai Nabi?”
Nabi menjawab : “Sesungguhnya seorang ketika melakukan zina kemudian bertaubat maka selesailah dengan Allah yang mengampuninya.
Namun, pelaku ghibah tidak akan di ampuni Allah sekalipun bertaubat hingga orang yang di ghibah memaafkannya.”
Allah tidak akan mengampuni apabila yang didzolimi belum memaafkan – Abi Muhammadun
Semoga kita semua jauh dari yang namanya ghibah dan semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang istiqomah dalam berhijrah.
Yang mana di dalam kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syekh Nawawi Al-Bantani di terangkan bahwa tanda-tanda orang yang istiqomah dalam berhijrah salah satunya adalah menjaga lisan dari ghibah.
Note : السكوت سلامة = Diam itu menyelamatkan (Diam itu bisa menjadi penyelesaian masalah)
Penutup
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa ketika kita ghibah, kita harus meminta maaf kepada orang yang di ghibah.
Karena Allah itu tidak akan mengampuni hamba-Nya apabila yang di dzolimi belum memaafkan.
Segala puji hanya milik Allah yang menguasai alam semesta.
Oleh sebab itu, mari sama-sama kita memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik serta harus bisa menahan diri untuk tidak ghibah.
Semangat jadi orang baik, teruslah tumbuh menjadi pribadi yang berguna dan bermanfaat. Sekian dan terimakasih.
Baca Juga : Sunnah Melempar Tanah ketika Menguburkan Jenazah
Leave a Reply