Zaman sekarang, siapa sih yang gak tahu tentang tahu bulat? Tentunya tahu semua kan?
Mendengar kata tahu bulat mungkin sudah tidak asing lagi di telinga, pasti yang paling di ingat dari tahu bulat itu di goreng dadakan, lima ratusan, enak.
Pada ulasan kali ini kita tidak akan membahas tentang tahu bulatnya tapi, kita akan membahas tentang “hidup itu bukan tahu bulat.”
Yang mana segalanya tuh gak semuanya serba dadakan dan tentang enaknya saja,
Tapi dalam hidup ada berbagai macam rasa yang harus kita ingat serta dipahami konsepnya.
Ujian dari Allah
Melalui Q.S. Al-Anbiya’ : 34- 35
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَۗ اَفَا۟ىِٕنْ مِّتَّ فَهُمُ الْخٰلِدُوْنَ
Terjemah :
Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (Muhammad); maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal? (Q.S. Al-Anbiya’ : 34)
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Terjemah :
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (Q.S. Al-Anbiya’ : 35)
Di jelaskan dari 4 tafsir yang kita pelajari yakni tafsir jalalin, tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Munir dan Tafsir Baidhowi bahwa :
Ayat 34 ini berkaitan dengan pengingkaran orang kafir makkah terhadap kematian, bahwa setiap jiwa itu akan merasakan pahitnya berpisah antara jasad dan ruh.
Sedangkan dalam ayat 35 (tafsir Ibnu Katsir) Allah memerintahkan kita untuk merenung secara mendalam yakni keberadaan kita (manusia) tidaklah kekal dan akan merasakan kematian.
Serta akan di uji oleh Allah dengan musibah dan kesenangan/ nikmat. Yang bertujuan untuk melihat siapa yang syukur dan kufur untuk sabar atau putus asa.
Dalam kehidupan, kenapa banyak sekali orang menjadi galau?
Karena, belum memahami bahwa segala yang terjadi dalam hidup adalah ujian. Dan tentang bagaimana kita memahami konsep ujian tersebut yang mana ketika diberi nikmat harus syukur dan diberi musibah harus sabar.
Optimis
Rasa takut itu sering mendominasi dalam pikiran kita, padahal ketika kita percaya, yakin kalau segalanya itu sudah di atur oleh Allah.
Dan apa yang di tetapkan Allah itu yang terbaik untuk kita menurut Allah, maka seharusnya tak ada kekhawatiran lagi dalam diri dan pikiran kita ini.
Seperti hal nya hikmah yang terdapat dalam kitab hikam karya Syekh Ibnu Atthoilah hal. 33
“Siapa saja yang pesimis terhadap pertolongan Allah yang akan diberikan kepada dirinya untuk selamat pada syahwatnya.”
Dan siapa saja yang pesimis untuk di angkat oleh Allah dari sifat lalai maka sungguh orang tersebut menganggap lemah kekuasaan Allah dan kita tahu sendiri bahwasanya Allah itu adalah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
“KIta tidak boleh pesimis untuk keluar dari problem karena sama saja kita menganggap lemah kekuasaan Allah, maka kuncinya selalu optimis kepada Allah.”
-Abi Muhammadun (Pengasuh Ponpes Darul Ulum Addiniyah)
Menurut sahabat Ali hari itu ada 3, yaitu : kemarin, hari ini dan esok. Hari kemarin itu milik kita, sedangkan hari ini dan esok itu milik-Nya Allah. Jadi tak ada yang patut kita khawatirkan selagi kita mempunyai Iman dan Islam.
Sesuai Regulasi
Menurut perspektif tafsir Munir Q.S. Al-Anbiya’ ayat 41-42 yakni, maka tidak ada yang namanya mati atau sakit mendadak, karena konsepnya dalam ayat ini bahwa adzab Allah itu bisa turun kapan saja.
Sedangkan, menurut perspektif tafsir Baidhowi ketika menerangkan ayat ini, bahwasanya “kehidupan yang tidak baik saat ini yakinilah kedepannya akan baik-baik saja. Sungguh yang membuat kita risau adalah tentang bagaimana sampai meninggal itu bisa membawa Iman Islam.”
Relevansi dari Q.S. Al-Anbiya’ ayat 41 dengan kehidupan sehari hari adalah :
“Bahwa segala sesuatu yang kita alami itu tidak ada yang mendadak, semua sudah pernah terjadi sebelumnya untuk dijadikan contoh/ pelajaran.
Karena hakekat hidup itu hanya mengulamg sejarah dan tak usah takut karena semuanya akan baik-baik saja. Ayat ini pula menjadi motivasi untuk Rosulullah Saw. yang di bully oleh orang-orang kafir Makkah.
Penutup
Hidup yang kita jalani tak seperti tahu bulat yang serba dadakan dan enak, tetapi segala sesuatunya itu sudah di atur sesuai regulasi yang Allah tetapkan, dan tak lepas dari ujian baik itu ujian kesenangan maupun kesedihan.
Dan setiap perjalanan itu harus di lalui secara bertahap dengan rasa optimis serta keyakinan bahwa hidup ini akan baik-baik saja, yang terpenting tentang bagaimana kita menjaga dan membawa iman islam sampai akherat kelak.
Baca Juga : Nasehat 3 Hal Dalam 4 Perkara
Leave a Reply