Pasangan yang baru menikah pasti berharap memiliki rumah tangga yang harmonis dan langgeng diselimuti dengan kebahagia bukan?
Setiap suami istri pasti untuk menjalani kehidupan berkeluarga yang penuh kebahagiaan, kedamaian, keharmonisan dan keharmonisan.
Banyak pelajaran berharga yang diperoleh para ahli dalam upayanya mewujudkan keluarga idaman dengan membangun komunikasi yang baik satu sama lain.
Namun, bagi seorang Muslim, pemahaman ini tidak akan lengkap tanpa mengakui pentingnya peran hati dalam mencapai tujuan tersebut.
Kita tahu bahwa kebahagiaan, kedamaian, ketenangan dan hubungan yang harmonis bukan sekedar soal tindakan atau rencana fisik.
Lebih dari itu, ini adalah masalah hati. Seperti yang diakui banyak umat Islam, hati setiap individu berada di bawah kendali Allah.
Hati kita melekat padanya dan Dia mempunyai kuasa mutlak untuk mempengaruhi dan mengarahkan mereka.
Dalam Islam, kita diajarkan bahwa kunci untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam pernikahan dan keluarga adalah menjaga hati yang murni, tulus, dan penuh kasih sayang.
Hal ini mencakup ketaatan kepada Allah, saling menghormati antara suami dan istri. hanya dengan mempersembahkan hati kepada Allah dan memohon hidayah serta ridho-Nya kita baru bisa meraih keluarga yang kita idam-idamkan.
Dalam Islam, kesadaran akan pentingnya hati sebagai pusat kebahagiaan dan kedamaian dalam keluarga mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh mengabaikan dimensi spiritual dalam mencari keharmonisan dalam keluarga.
Dengan kesadaran ini, kita bisa menjalani kehidupan berumah tangga dengan rasa syukur kepada Allah dan berusaha menjaga hati tetap suci, penuh cinta, dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Sebab untuk menggapai kebahagian dalam rumah tangga kita harus selalu melibatkan Allah SWT untuk menuju keluarga yang maslahat.
Secara Spiritualitas, do’a selalu dipanjatkan kepada Allah SWT. Agar terwujudnya rumah tangga yang memiliki keberkahan.
Seperti dalam Salah satu Riwayat terdapat do’a untuk membangun rumah tangga yang maslahat
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْ أَهْلِيْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ وَارْزُقْنِيْ مِنْهُمْ وَارْزُقْهُمْ مِنِّي. اَللّٰهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ إِلَى خَيْرٍ وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَّقْتَ إِلَى خَيْرٍ
Allahumma barik li fi ahli wa barik lahuma fiyya warzuqni minhum warzuqhum minni. Allahummajma’ bainana ma jama’ta ila khairin wa faririq bainana idza farraqta ila khairin
Artinya:
“Ya Allah, berkahilah aku di dalam keluargaku dan berkahilah mereka di dalam diriku. Berilah aku rezeki dari mereka dan berilah mereka rezeki dariku. Ya Allah, kumpulkanlah kami menuju kebaikan dan pisahkan kami bila engkau pisahkan menuju kebaikan.”
Do’a diatas dibacakan oleh salah seorang sahabat bernama Abdullah bin Mas’ud kepada laki-laki yang menghampirinya.
Laki-laki tersebut bercerita bahwa baru saja menikah dengan seorang Perempuan, namun terjadi ke khawatiran akan adanya perpecahan diantara mereka berdua.
Abdullah bin Mas’ud mendengar cerita sang laki-laki tersebut disarankan untuk menndatangi istrinya dan melakukan shalat dua rakaat setelah itu membaca doa tersebut.
Tujuannya diharapkan agar rumah tangga yang sedang dijalankan bersama dapat saling melengkapi satu sama lain dan membawa kebahagian meskipun dalam kondisi apapun.
Adapun do’a mewujudkan ketentaraman dan kedamaian dalam keluarga dalam Q.S Al-Furqon : 74)
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Rabbana hablana min azwaajina wa dzurriyatina qurrata a’yuniw waj’alna lil muttaqiena imaamaa
Artinya:
“Ya Tuhan kami, anugerahhkanlah kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S Al Furqon : 74)